30 Maret 2009

hasrat

aku rindu
pada jauh
dan
kenangan

aku kasih
pada mimpi
dan
harapan

aku damba
pada asa
dan
ketulusan

lalu,
aku terpaku
pada ingin yang tak terpuaskan

28 Maret 2009

garin & generasi biru

Ini pertemuan ke-4 dari kursus filsafat yang kuikuti. Semester lalu materi utamanya tentang filsafat agama dengan tagline “tuhan agamamu apa?”. Semester ini materinya boleh dikatakan lebih membumi: tentang filsafat manusia dengan tagline “menjadi individu”.

Nah, jika di minggu lalu materi yang dibahas tentang zoon logon echon, homo faber, lalu homo economicus (beberapa pandangan klasik tentang manusia), maka malam tadi kami mengapresiasi sebuah film dan mendiskusikannya dengan sang sutradara, yakni film “generasi biru” yang disutradarai Garin Nugroho.

Film yang dibintangi grup music slank tersebut merupakan gado-gado-seperti yang diakui sang sutradara-campuran antara dokumenter, musikal, dan animasi sekaligus. Rasanya pun otomatis cukup ramai. Bisa manis, asam, pedas, bahkan hambar. Kesan yang kutangkap cukup vulgar, liar, namun tidak asal. Nampaknya sang sutradara tahu betul tentang ruang kosong dalam estetika resepsi yang memungkinkan untuk diisi interpretasi berbeda oleh pengapresiasinya. Pesannya cukup kuat. Meski miskin dialog, ada banyak hal yang berbicara dalam film tersebut.

Aku pun cukup dimanjakan dengan beberapa lagu slank yang banyak diperdengarkan sepanjang film. Jadi, selain menawarkan pesan moral tentang dunia generasi biru yang seolah di luar jalur aman alias di luar sistem standar yang membuka luas terciptanya ruang dialog antara creator dengan apresiator, film ini cukup menghibur.

Di luar film tersebut, justru yang menurutku lebih menarik adalah apa yang dikemukakan oleh sang sutradara: garin nugroho. Pandangan-pandangannya sebagai –seperti sering dilontarkan para kuli tinta- pembuat film spesialis festival Di antara yang cukup menjadi bahan perhatianku ialah tentang konsep bahwa tugas setiap individu adalah melengkapi kemanusian banyak orang lainnya; dan bahwa memahami-mengerti sesuatu merupakan sebuah proses, karenanya sensor memori manusia mestilah senantiasa dibangun sejak dini.

25 Maret 2009

cerita helaian benang & tusuk lumpia

cerita. setiap orang memilikinya. aku juga tentu saja. hari ini kukisahkan satu cerita. tentang kerja kerasku selama kurang lebih lima hari ini. cerita bermula dari sepasang sumpit lumpia dan helaian benang-benang penuh warna.
sebenarnya sejak kelas 1 SMP aku telah banyak bersentuhan dengan helaian benang. hanya dulu aku tak merangkainya dengan sumpit lumpia yang dimodifikasi, tapi dengan jarum logam pipih yang di kedua ujungnya terdapat pengait khusus.
dua hari pertama aku bongkar pasang rangkaian benang sampai hampir putus asa. kata seorang kawan aku kurang sabar, buktinya aku tak bisa merangkai helai-helai benang tersebut.
tapi di pagi hari ketiga aku menemukan titik lemah karyaku sehingga dapat melewatinya dengan selamat. jika kawan-kawanku hanya menggunakan satu gulungan benang saja, maka aku menuntaskan karya pertamaku dengan dua gulungan benang sekaligus. meski sepanjang hari aku bergelut dengan banyak pekerjaan, aku menyulam karyaku setiap ada kesempaatan. akhirnya; karya perdanaku pun kuselesaikan tadi pagi...sehelai syal dengan gradasi warna hitam, biru, dan merah marun. hangat melilit leherku. hm, senangnya.

aku pun berpikir tentang antusiasme setiap orang terhadap sesuatu yang ditargetkannya atau digandrunginya. putus harapan di tengah jalan, bahkan berpikir sama sekali tak ada peluang baginya. padahal kita sendiri, dengan bekal kemauan, semangat, dan kerja keras pasti mampu mencapai atau mewujudkannya.
seperti cerita tentang helai-helai benang itu, meski lelah dan pegal, aku senang. sungguh....

24 Maret 2009

komentar

Menjelang senja selepas hujan di Bandung utara seperti sekarang, hm dinginnya. Ada suatu hal yang menarik hatiku hari ini. Tentang komentar. Bukan komentar di blog maksudku, tapi komentar yang kerap dilontarkan orang-orang terhadap kita sebagai individu.
Dalam dua hari terakhir aku mendengar beberapa komentar yang berbeda-beda tentangku. Ada yang menyenangkan, ada juga yang "kurang" menyenangkan. Terkadang komentar itu "asal" dan tak berdasar, tapi ya begitulah adanya.
Pernah juga aku memikirkan benar-benar komentar orang-orang. Namun, jadi pusing dan gak enak hati sendiri. Lama-kelamaan aku bisa lebih santai menerima komentar orang, terlepas bagaimanapun menyenangkan atau kurang menyenangkannya komentar tersebut.

18 Maret 2009

tentang menulis

Menulis atau membaca berfungsi sebagai terapi bagi manusia. Hal itu tak sekadar kuketahui, tapi kualami sendiri. Sejak kecil aku sangat dekat dengan dunia membaca, maka tak heran jika di antara sederet impian yang kukhayalkan, salah satunya adalah menjadi penulis.
Sayang, aku belum benar-benar menerjunkan diri secara maksimal dalam dunia ini. Aku menulis intensif dalam catatan harian sejak kelas 1 SMP. Sampai hari ini buku harian manualku telah lebih dari lima jumlahnya. Tentu saja dengan ketebalan buku yang relatif. Ada yang sangat tebal sehingga berkesan serius, sampai buku harian kelas 1 SMP yang full colour dan berkesan remaja. Dari sejumlah buku harian itu aku menemukan rekam jejak gaya tulisanku selama ini, juga isi, dan tema-tema yang kutulis dari kehidupanku sendiri. Sangat berwarna. Ada yang norak, lucu, tapi ada juga yang kontemplatif dan melankolis.
Selain catatan harian, karya tulis yang kubuat lebih banyak berupa karya ilmiah, baik karya konseptual seperti makalah, laporan buku, dan artikel, maupun laporan penelitian yang kutulis sebagai skripsi pada akhir studi S1-ku dulu. Beberapa penelitian di semester 1 tentang Ujaran sebagai Bentuk Interaksi Sosial (Sosiolinguistik) dan semester 2 tentang Kedwibahasaan pada Anak (Bilingualisme) pada studi magisterku kulaporkan dalam bentuk makalah.
Semasa S1 aku menulis berita dan resensi di situs dan koran kampus. Tulisanku yang dimuat di media massa hanya terjadi pada Oktober tahun 2005 lalu, itu pun merupakan satu-satunya tulisan yang pernah kukirimkan.
Belakangan aku menjadi penulis lepas di antara aktivitasku sehari-hari. Hasilnya sebuah buku yang sudah dibeli oleh penerbit, sebuah buku keroyokan tentang pengajaran bahasa dan sastra; serta ensiklopedi sastra. Secara ekonomi, hasil dari menulis tersebut cukup lumayan juga untuk membayar uang kuliah.
Sekarang aku sedang menulis tesis, semoga saja dapat kuselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

07 Maret 2009

puisi pagi ini

Puisi yang menyapaku pagi tadi:
bukalah hari dengan doa
bukalah hati dengan cinta
dan
lihatlah betapa hidup ini berharga...
mungkin bagi dunia kau hanya seseorang
tapi bagi seseorang kau adalah dunianya