26 Januari 2009

gigi di rahang kiri

Sesuatu yang pada mulanya kukira sebagai sesuatu yang sederhana ternyata tidaklah demikian halnya. Hal itu kusadari pasca pemeriksaan gigi yang kulakukan beberapa waktu lalu. Waktu itu sang dokter gigi berkomentar bahwa deret gigi sebelah kanan lebih bersih dari yang sebelah kiri. Dia pun “ngomel” panjang pendek karena katanya aku menggosok gigi dengan tidak bersih.

Aku membela diri bahwa mungkin deret kanan gigiku lebih bersih karena deret itu yang selalu kugunakan untuk makan. Selama lebih dari dua puluh tahun aku tak menggunakan deret gigi sebelah kiri untuk mengunyah makanan. Sang dokter pun nampak lebih “marah” disertai perintah wajib untuk mulai menggunakan sang gigi di rahang kiri. Katanya, apabila aku tetap dengan kebiasaan makan dengan rang kanan saja, jika suatu hari aku menggunakan kawat gigi, kawat gigi di sebelah kanan akan sering lepas, sedangkan rahang kiriku akan bengkak. Hih, tanpa terasa aku bergidik ngeri. Maka berjanjilah aku pada diri sendiri untuk mengunyah makanan dengan gigi di rahang kiriku.

Nah, sudah lebih dari tiga hari aku melakukannya, dan ternyata itu sungguh tak mudah. Bahkan, pada hari pertama gusiku sampai berdarah karenanya. Mulut terasa kaku, dan gusi menjadi ngilu jika bagian kiri yang kugunakan untuk mengunyah. Makanan pun jadi tak enak seolah tanpa rasa. Payah benar aku makan. Selama ini, waktu makanku relatif lama dibandingkan teman-teman atau keluargaku. Dengan perubahan ini maka waktu makan pun menjadi lebih lama lagi. Fhhh ....

Aku pun teringat kawanku Dewinta yang seorang psikolog, pada ibu-ibu muda yang memiliki bayi di sekolah dia wanti-wanti untuk memberikan makanan yang bisa dikunyah –bukan makanan cair yang diblender dan dihancurkan- pada usia tertentu agar rahang anak menjadi kuat. Selain menguatkan gusi dan gigi, hal ini akan berpengaruh terhadap kesiapan alat artikulasi yang menunjang kemampuan berbahasa sang anak nantinya.

Tidak ada komentar: