05 Februari 2010

aku . . .

Belum lama menjalani peranku sebagai seorang istri, hitungan bulan berikutnya aku mesti belajar menjadi ibu. Ya, ibu untuk janin dalam kandunganku. Senang, tentu saja. Namun, di sebalik itu semua aku banyak mendapatkan konsekuensi.
Mulanya aku merasa tak tahan karena kekerapanku pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Saking seringnya sampai sehari aku bisa bolak-balik lebih dari lima belas kali. Hal itu sangat mengganggu, terutama ketika aku berada dalam perjalanan dengan menggunakan sarana transportasi umum. Sampai-sampai aku sering minta berhenti meski belum sampai tempat tujuan.
Konsekuensi berikutnya menimpa wajahku, berupa jerawat yang muncul dan tak kunjung habis. Ibaratnya hilang satu tumbuh sepuluh. Wah, jangan tanya mumetnya. Kata orang kalau hamil jadi tambah cantik, kok aku malah jerawatnya yang membukit, hiks... hiks.
Lalu, masalah "standar" yang dialami hampir semua perempuan hamil: mual-muntah. Fhhh.... betapa tak nyamannya, gak enak makan, malas minum, perut begah, kepala pusing, badan letih, lemah, lesu, dan sebagainya. Bawaannya pengen bed rest melulu.
Dan yang paling merepotkan di antara semua itu adalah intensitas air liur yang meningkat entah berapa kali lipat, sehingga aku harus membawa kantong plastik jika bepergian plus tisu ekstra banyak. Belum lagi di saat menjelang tidur atau kalau harus bicara dengan orang lain. Wuihhhh repotnya....
Namun, di atas semua itu, aku kembali belajar untuk semakin meningkatkan kesabaranku, mengabaikan keegoisanku. Aku membentuk diri menjadi manusia baru, demi manusia lain yang tumbuh dalam rahimku: anakku. (Sesungguhnya, jauh di lubuk hatiku aku masih belum percaya, benarkah ada sosok mungil yang bertumbuh bersama diriku, menghirup udara yang sama, mencium aroma yang sama, menyerap nutrisi makanan yang sama, hidup dalam tubuh yang sama).

1 komentar:

ari mengatakan...

belum..lagi..belum lagi...