Tampilkan postingan dengan label Ekspresi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ekspresi. Tampilkan semua postingan

16 Mei 2009

menjadi manusia...
ada banyak teori sebagai referensi tentang makhluk yang satu ini
mulai dari psikologi, sosiologi, antropologi, sampai biologi,
dari yang paling konkret, sampai yang paling rumit
manusia berhadapan dengan dirinya,
dengan keluarganya,
dengan institusi yang dimasukinya,
dengan lingkungan tempat hidupnya,
dengan alam hayati dan hewani di sekelilingnya.
ada banyak hal yang terjadi.
ada banyak aksi. ada banyak definisi.
ada ingin yang menjadi-jadi,
tapi tak selalu terealisasi.
hm, semoga langkah ini tak terhenti...

03 April 2009

hujan

tik, tik, tik bunyi hujan di atas genting...
celoteh masa kecil yang renyah.
indah sekali mendengarnya, mendengarnya meski hanya di dalam kenanganku saja...
karena kini, bunyi hujan turun sungguh jauh dari kesan indah, bunyinya gemuruh bagai air bah.

hujan tak lagi bermakna kegembiraan dan kebebasan seperti kunikmati sewaktu kanak-kanak dulu. hujan kini hanya memberikan dingin yang ngilu, lalu membuatku tergugu dalam kotak beton tinggi, bahkan meringis ngeri.

hujan pun bermakna diam di mataku, menjelma kerinduan di angin lalu.

30 Maret 2009

hasrat

aku rindu
pada jauh
dan
kenangan

aku kasih
pada mimpi
dan
harapan

aku damba
pada asa
dan
ketulusan

lalu,
aku terpaku
pada ingin yang tak terpuaskan

24 Maret 2009

komentar

Menjelang senja selepas hujan di Bandung utara seperti sekarang, hm dinginnya. Ada suatu hal yang menarik hatiku hari ini. Tentang komentar. Bukan komentar di blog maksudku, tapi komentar yang kerap dilontarkan orang-orang terhadap kita sebagai individu.
Dalam dua hari terakhir aku mendengar beberapa komentar yang berbeda-beda tentangku. Ada yang menyenangkan, ada juga yang "kurang" menyenangkan. Terkadang komentar itu "asal" dan tak berdasar, tapi ya begitulah adanya.
Pernah juga aku memikirkan benar-benar komentar orang-orang. Namun, jadi pusing dan gak enak hati sendiri. Lama-kelamaan aku bisa lebih santai menerima komentar orang, terlepas bagaimanapun menyenangkan atau kurang menyenangkannya komentar tersebut.

30 Desember 2008

jejak

selamat

satu kata terucap

untuk masa lalu

untuk waktu yang dulu

yang tinggal serupa debu

22 November 2008

hari ini,
kutemui lagi satu elegi.
tapi,
tak ada dari diri ini yang lekas
untuk kemudian bergegas

berhasrat meninggalkan lengang
lari dari kata yang berbatas ruang

berandai bukan hampa yang menjadi jawabannya

25 Oktober 2008

10-10

Dia dan aku berbicara dengan nada dan gaya seperti dulu. Seperti ketika kami masih berseragam putih-biru. Sempat ada jeda dan intensitas pertemuan yang tak lagi sama. Lalu seiring waktu, seragam kami berganti putih-abu.
Entah bagaimana nada dan gaya berbicara kembali pada frekuensi yang sama. Untuk sekian lama. Sampai pada suatu ketika, kecewa dalam tataran ganda membuatku memaksa mengalihkan nada, berbicara dalam frekuensi yang tak lagi sama. Dengan kesengajaan yang terlalu kentara.
Pada kurun waktu berikutnya, diam-diam nada bicara kami kembali bagai semula, meski di titik tertentu dia dan aku memiliki frekuensi sendiri-sendiri.
Pada pukul 10 pagi, tanggal 10, bulan 10 nada bicara itu kembali menyapa gendang telinga. Dengan nuansa keceriaan masa SMA, dengan kekonyolan dan ledekan khas anak putih biru. Sampai di sepuluh detik terakhir, terucapkan jua kabar itu. Kabar yang pada detik pertama samar maknanya. Hingga dia memastikan kata "ya".
Sepuluh menit pembicaraan saat itu menggenapkan kisah sepuluh tahun lalu. Membuatku mengerti bahwa titik akhir itu tengah terjadi. Keputusan telah dijatuhkan. Pilihan telah ditetapkan. Dan ada sebagian diriku yang gamang. Untuk sehari semalam rasa itu menyakitkan. Untuk kemudian aku berhenti merasa tersakiti. Aku sadar bukan dalam kapasitasnya aku merasa terluka. Aku pun mampu merelakan.
Sekian detik tadi, ponselku menampilkan pesan pendek darinya,
"aku tau ada seseorang di sana yang kamu sayangi, dan di matamu ga ada aku lagi, Nes...."

03 September 2008

Tempias Kelabu

ruang itu lengang
berpagar kenangan
kegalauan

lewat udara
deru waktu
sekian jarak tertempuh

melebur di butiran pasir, berserak lokan dan kekosongan
selesai;
sedemikian

27 Agustus 2008

-pengakuan-


.........

padamu,

aku jatuh cinta berkali-kali

ucapnya seraya menghunjamkan tatap tajam ke mataku

.........

08 Agustus 2008

Jingga

aku suka menatap jingga
dari sebalik jendela
dengan jarum-jarum air hujan sebagai tirainya

aku suka menatap bola mata
di mana di sana kudalami sebongkah jiwa
yang tak terpermanai dalamnya

tapi,
sungguh aku iri pada sunyi
yang asyik dengan mimpi-mimpi
:mengukir sekian arti

sedang diri menetak jiwa yang jingga berharap sunyi tak menghampiri

23 Juli 2008

Asa

hari-hari,
mimpi,
janji,
sunyi,
arti,
menjadi,
ekspektasi,
:seni

kata-kata,
bahasa,
rasa,
cinta,
makna,
keluarga,
:mengada pada dunia