11 Agustus 2008

Hitam dan Berminyak

Sudah cukup lama aku melihatnya di kaki lima, di sekitar kampus, bahkan di sebrang terminal, orang-orang menjajakan penganan itu. Beberapa waktu lalu, seorang adik tingkat juga mengemil penganan tersebut ketika mampir ke kosanku. "Ini enak banget," katanya berpromosi.
Bagiku, warnanya yang hitam, dan aromanya yang tidak menggugah selera menjadikannya penganan yang layak diabaikan. Lagian nampak berminyak pula, sepertinya sangat kaya akan kolesterol.
Sampai suatu sore dua hari yang lalu, aku beranjak dari kosan dengan hasrat menikmati semangkuk bubur kacang hijau kesukaanku. Sayang seribu kali sayang, penjual bubur langganan nampaknya sedang ijin entah kemana, daripada celingak-celinguk di depan gerobak jualan orang, aku pura-pura jalan ke satu gerobak lain dengan penganan yang kehitam-hitaman dan berminyak itu, sama kaya si Mang penjualnya, hehehe.... Aku pun dengan berat hati membeli satu biji.
Sampai di kosan aku tak menyentuh makanan itu, bahkan tak ingat lagi aku pernah membelinya. Baru selepas waktu isya penganan itu tertangkap pandangan mata. Iseng-iseng aku icip-icip, mula-mula satu gigit, lalu gigit berikutnya menyusul sampai gigitan terakhir, eh ternyata rasanya enak juga.
"Ooh, pantesan orang-orang suka," pikirku dalam hati. Sayang aku belinya cuma sebiji, gak ingat lagi deh penampilannya yang hitam atau minyaknya yang melengketkan.
Ada yang bisa menebak gak, penganan apa yang kumaksud...?

1 komentar:

Lida Handayani mengatakan...

itu tuuuuhhh... emmmmhhh... apa coba?
*pura-pura kagak tau*