20 Agustus 2008

Malu....

Beberapa hari tak mengisi blog ini rasanya kangen juga. Padahal ada banyak hal yang ingin sekali kuceritakan. Mulai dari peristiwa yang kualami di sekitar pernikahan sahabatku awal bulan lalu, lomba paduan suara plus serangkaian latihannya, nge-camp di salah satu hotel untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, perjalanan ekspedisi merdeka ke Darajat di kawasan Garut sana, sampai pengalaman naik kereta untuk pertama kalinya setelah sekitar enam tahun aku menjadi penghuni kota ini.
Mungkin kumulai saja dari satu peristiwa di seputar pernikahan sahabatku yang sebenarnya aku sudah lupa, tapi dingatkan kembali oleh review yang tak terduga dari sahabatku itu. Peristiwanya bukan tentang acara akad nikah yang berjalan dengan baik tak lebih dari sepuluh menit. Bukan juga tentang meriahnya pesta pernikahan sahabatku sejak SMA ini. Aku juga tidak ingin membahas tentang beberapa kawan SMA dulu yang ternyata kurasakan tetap "sama" seperti dulu.
Senin siang, untuk pertama kalinya setelah dia menikah, aku kembali menghubungi sahabatku. Bertanya kabar dan sebagainya via ponsel. Siapa sangka dia akan mengungkit peristiwa di seputar pernikahannya mengenai hal yang tak pernah kuduga sama sekali: pertengkaranku dengan pacar di angkutan kota.
Setelah berkirim kabar seperti biasanya, Fisq, sahabatku itu tiba-tiba bertanya.
"Sen, kamu berantem, ya waktu pulang dari acara nikahan?" ujarnya spontan.
Aku pun memaksa ingatan untuk kembali ke saat itu. Aku ingat bertengkar dengan pacarku gara-gara hal yang sangat sederhana sebenarnya. Tapi kenapa Fisq bisa tahu, ya. Aku pun menyelidik lebih lanjut (setelah bengong beberapa lama).
"Hm, bagaimana, kamu tahu?" tanyaku separuh kaget separuh malu.
"Aku diberitahu seorang kerabat yang satu kendaraan sama kamu dan melihat kalian bertengkar."
"Oh, ya, bagaimana dia tahu tentang aku?" kejarku.
"Keluargaku tahu kamu sahabatku, aku sering cerita tentang kita, lagian mereka melihat kamu terlibat sejak acara lamaranku, jadi meski kamu gak kenal, mereka tahu kamu."
"Oooh...." sahutku tak bisa bicara lagi.
Dengan demikian, kawan, jangan pernah bertengkar sembarangan kalau tak ingin mendapat malu seperti aku. Ya, pokoknya jangan sampai lah....

5 komentar:

Mas Hery mengatakan...

bertengkar sembarangan? biasanya kalo aku baca kata sembarangan,dia akan menempel pada kata jangan membuang sampah. tapi bener juga ya....jangan bertengkar sembarangan,mending bertengkar di stadion persib gitu, biar pas tereak tereak langsung ketelen samariuh rendahnya teriakan penonton..

eh tapi dah baikan lagi kan sama pacarnya? ga baik loh lama2 berantem...

Seni mengatakan...

hm, aku udah baikan, lalu udah bertengkar lagi, trus udah baikan lagi, hehehe....

wah, klo di stadion persib, kayanya pacarku bakal anteng aja tuh nonton klub sepak bola kesayangannya, jadi sepertinya gak akan ada acara bertengkar dech.

Trims, udah mampir.

Mas Hery mengatakan...

nah itu dia pointnya....ga jadi bertengkar...palagi bertengkar sembarangan...

eh tapi kalo dah merit nanti apa masih saja terus bertengkar ya?

a. bertengkar terus
b. terus bertengkar.

Anonim mengatakan...

wah, wah, wah...

seni hrs belajar seni yg lain neh..

seni berantem

heheheh...

Bima Putra Ahdiat mengatakan...

Kalau lagi berdua, di mana pun rasanya dunia milik berdua, hehe..